Premhouse.com JAKARTA – Bermodalkan lahan seluas 12,9 hektar, Green Pramuka City menyiapkan 13
tower yang diprediksi sangat ideal sebagai tempat tinggal dan media
investasi. Lokasi menjadi salah satu indikator kesuksesannya.
Dari
kejauhan tampak gugusan bangunan menjulang berwarna-warni menghiasi
pandangan sepanjang perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta via tol
Tanjung Priok. Bangunan-bangunan indah tersebut adalah mix used
buildings Green Pramuka City yang terletak di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat.
Lokasinya
yang persis berada di dekat tol membuat proyek ini begitu memikat bagi
konsumen untuk mengintai peluang investasi di sana.
Saat ini sudah
berdiri 8 tower di Green Pramuka City dengan ciri warna berbeda setiap
menaranya. Sejak dirilis pada 2011 lalu, perkembangan pembangunan tower
di Green Pramuka City cukup cepat dan laju. Belum lama ini tower 5 sudah
topping off dan akan serah terima awal tahun depan. Sementara tower 6, 7
dan 8 berturut-turut akan segera dilakukan tutup atap dan serah terima
dua bulan setelahnya.
Cepatnya proses pembangunan di Green Pramuka
City menurut C. Y. Andreas, Sales and Marketing Division Head Green
Pramuka City, didorong oleh antusiasme pasar yang begitu tinggi terhadap
unit-unit apartemen tersebut.
“Bahkan, kami sudah mulai
menawarkan penjualan untuk tower 8 sejak awal tahun dan sudah mencapai
30%. Sedikit lambat karena ada perlambatan ekonomi di indonesia,” jelas
Andreas ketika ditemui di kantornya.
Jika ditotal jumlah unitnya,
di tower 8 sudah terjual sekitar 300 unit dari 1.050 unit yang tersedia.
Sementara unit di tower 5 sampai 7 sudah hampir sold out. Permintaan
akan hunian vertikal di Jakarta, kata Andreas, masih tinggi.
Lantaran lalu lintasnya sangat padat, banyak
orang membutuhkan hunian yang secara jarak dan waktu bisa dipangkas
secara maksimal. Hal itu terkait dengan tipe konsumen di Green Pramuka.
Hampir 60% dari mereka adalah end user yang berasal dari Bekasi, Pondok
Gede dan kawasan sekitar apartemen tersebut.
Namun, seiring perkembangannya, kini
sudah mulai banyak juga tipe konsumen investor di Green Pramuka City.
Menurutnya, ini dipicu oleh peluang profit yang menarik untuk investor jika berinvestasi di sana.
Sebut saja soal kenaikan capital gain yang mencapai 50% dalam dua tahun. Ia mencontohkan, harga unit tipe 2 bed room di tower 5 ketika pertama kali dirilis dua tahun lalu sekitar Rp400 juta. Kini harganya sudah mencapai Rp600 juta.
Belum lagi dengan nilai sewa atau yield yang juga tak kalah ciamik. Rata-rata untuk tipe 2 bedroom harga sewanya berkisar Rp40-45 juta per tahun, tergantung isi dari unit tersebut: kosong atau sudah terisi fasilitas.
“Namun, kebanyakan, hampir semua unit
untuk 2 bedroom sudah terisi dengan fasilitas seperti televisi, AC dan
peranti lainnya,” imbuh Andreas.
Tak susah untuk mendapatkan penghuni sewa
di apartemen ini. Karena lokasinya terbilang sangat strategis dan mudah
dijangkau dari segala penjuru Jakarta, otomatis banyak konsumen yang
berminat untuk bertempat tinggal di sana—baik yang harian, mingguan
bahkan bulanan.
Pasar yang tersebar secara merata ini menjadi
target market bagi pembeli jenis investor. Dalam hitungan Andreas,
tingkat occupancy rate di Green Pramuka City mencapai 50-70% dan sudah
termasuk angka yang besar.
Menyediakan Fasilitas Terbaik
Perkembangan unit di Green Pramuka City berbanding lurus dengan
kehadiran fasilitas-fasilitas yang sengaja disiapkan oleh pengembang
sebagai bagian dari pemberian pelayanan terbaik bagi konsumen.
Sejumlah
tenant ternama mulai dari F&B, toko-toko hingga unit-unit usaha
lainnya telah mapan berdiri di dalam area mix used buildings guna
memenuhi kebutuhan konsumen terhadap kelancaran aktivitas mereka.
Yang terbaru, pengembang menyediakan fasilitas bus Damri sebagai penghubung ke Bandara Soekarno-Hatta. “Kerja sama ini sengaja dibangun karena melihat banyaknya konsumen di Green Pramuka City yang memiliki aktivitas menggunakan pesawat terbang,” kata Andreas. Selain itu, bertujuan juga untuk semakin memudahkan penggunaan tranportasi konsumen ke bandara.
Fasilitas ini berdampak baik terhadap
peningkatan kualitas fasilitas konsumen. Selama ini, sebelum adanya bus
Damri di kawasan Green Pramuka City, konsumen lebih sering menggunakan
taksi atau pergi menuju terminal Rawamangun untuk memakai jasa transportasi Damri jika ingin ke bandara ataupun sebaliknya.
Tentu
biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi dan jarak tempuhnya juga
semakin jauh. Sementara prinsip dasar dari keberadaan apartemen adalah
untuk meminimalisir pengeluaran biaya serta memangkas waktu perjalanan
konsumen.
Oleh karena itu, per Juni pihak manajemen bekerja sama
dengan Damri memberikan fasilitas tersebut langsung di dalam kawasan
apartemen. “Apalagi jam operasional Damri di Green Pramuka City berlaku setiap satu jam sekali sehingga tidak akan ada istilah telat menuju bandara, tinggal tergantung manajemen waktu konsumen,” imbuhnya.
Green Pramuka City yang mulai dikembangkan sejak 2011, kini telah berhasil membangun kehidupan yang efisien dan terukur bagi konsumen. Andreas mengatakan bahwa keberadaan apartemen ini sudah memasuki tahapan pembangunan kehidupan yang mendekati sempurna. Dipertegas olehnya, tidak hanya hunian yang sudah ada, ragam kebutuhan konsumen pun sudah semakin lengkap dan tersedia.
Apartemen ini hadir menjadi solusi
terbaru bagi permasalahan klasik masyarakat Jakarta yang mengidamkan
hunian berkelas, nyaman, aman, dengan akses transportasi mudah dan
fasilitas lengkap dalam satu kawasan yang terintegrasi.
“Untuk
hunian dan investasi, Green Pramuka City memberikan yang terbaik bagi
masyarakat. Apalagi saat ini pemerintah sudah memberikan kemudahan
memiliki properti dengan pelonggaran LTV,” tutup Andreas. – Aziz Fahmi Hidayat
Sumber: Nyaman untuk Hunian dan Investasi