Premhouse.com JAKARTA - Kalangan
pengembang properti terus merangsek ke sekeliling Jakarta. Beragam
proyek disodorkan, mulai dari sekadar menyediakan hunian tapak hingga
yang super komplet dengan seabrek fasilitas penunjang. Kini, tak kurang
dari 26 proyek properti dengan nilai sedikitnya Rp 559 triliun yang
sedang mengepung Ibu Kota Republik Indonesia.
Legitnya bisnis properti di pinggiran Jakarta bukan hanya menggoda para developer domestik. Para pemain asing pun berlomba-lomba menggerojokan investasinya. Kesemua itu tak bisa dilepaskan dari moncernya bisnis properti di Indonesia sekalipun tahun 2014 sempat mengalami pelambatan. Proyek-proyek yang hadir banyak mulai bergulir sepanjang 2014 dan 2015. Sedangkan waktu penyelesaian proyek ditargetkan beragam, ada yang dua tahun, tiga tahun, bahkan hingga 20 tahun.
"Dalam lima tahun terakhir pasar real estate di Indonesia telah berkembang pesat. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas kami untuk berekpansi keluar negeri,” kata Presiden PT Tokyu Land Indonesia, Shinya Miwa, dalam paparannya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tokyu Land Indonesia adalah perpanjangan tangan Tokyu Land Corporation, Jepang di Indonesia. Pengembang properti ini merangsek bisnis properti di Indonesia dengan menggarap sejumlah proyek di Jabodetabek, yakni di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan dan BSD Serpong, Tangerang, Banten. Nilai proyek yang digarap tidak tanggung-tanggung yakni 65 miliar yen atau sekitar Rp 7,15 triliun.
Khusus di pinggiran Jakarta, Tokyu Land menggarap proyek hunian vertikal dengan lewat produk kondominium bermerek Branz yang digulirkan mulai tahun 2015. Branz merupakan brand orisinil Tokyu Land Holdings yang membidik segmen menengah atas.
Ada dua proyek kondominium mewah yang digarap Tokyu Land Indonesia yang totalnya mencapai 3.381 unit. “Branz BSD akan terdiri atas 3.000 unit, dengan tahap pertama sebanyak 1.200 unit. Nilai investasinya sekitar 50 miliar yen. Sedangkan Branz Simatupang terdiri atas 381 unit dengan investasi 15 miliar yen,” kata Direktur PT Tokyu Land Indonesia Tai Horikawa.
Tak hanya di bagian barat dan selatan Jakarta yang menjadi incaran para pengembang asing. Di bagian timur Jakarta, seperti Cikarang dan Bekasi, juga menjadi incaran investasi. Saking gurihnya bisnis properti di pinggiran Jakarta juga menggoda pemanufaktur global, Toyota Motor Corporation.
"Tahap awal, kami menggarap 114 rumah dengan harga jual di atas Rp 1,6 miliar per unit,” ujar Sales Chief Manager PT Toyota Housing Indonesia R Hardian Yusuf, kepada Investor Daily, di Jakarta, Rabu (1/4).
PT Toyota Housing Indonesia (THI) merambah pasar properti Indonesia mulai April 2015. Anak usaha Toyota Housing Corporation (THC), Ltd, Jepang ini memulainya dengan menggarap hunian tapak di Bekasi Timur, Jawa Barat.
Menurut Hardian, untuk proyek hunian di Bekasi Timur pihaknya menggandeng PT Hatmohadji & Kawan (Haka) lewat proyek Sakura Regency 3. Proyek ini menawarkan 467 unit rumah, namun yang digarap THI hanya 114 unit. Proyek seluas 6,6 hektare (ha) tersebut menawarkan dua jenis hunian, yaitu hunian tapak biasa berbahan baku bata dan hunian tapak khas Jepang berbahan baku baja ringan dan gypsum.
"Tahun ini kami fokus menggarap proyek di Bekasi Timur, target kami bisa menjual 28 unit rumah sepanjang 2015," paparnya.
Mitra THI, yakni Haka memiliki sejumlah proyek hunian di sejumlah lokasi. Haka bahkan bermitra dengan PT Tokyu Land Indonesia (TLI) untuk menggarap proyek di Bekasi. TLI adalah anak usaha Tokyu Land Corporation (TLC), Jepang yang menggarap sejumlah proyek kondominium di BSD Tangerang dan Simatupang, Jakarta Selatan. Selain itu, TLC dan THC menggandeng Toyota Tsusho Corporation dan PT Lippo Karawaci Tbk untuk menggarap proyek AXIA South Cikarang Hotel Residence.
Selain Tokyu Land dan Toyota Housing, pengembang asing yang ikutan menggarap proyek properti di pinggiran Jakarta adalah Hong Kong Land. Pengembang tersebut menggandeng Sinarmas Land. Keduanya membentuk usaha patungan PT Bumi Parama Wisesa untuk menggarap mixed residential, NavaPark, senilai Rp 5 triliun di Serpong, Banten.
Ishak Chandra, managing director Sinarmas Land pernah mengatakan, pihaknya selalu berupaya untuk memberikan solusi hunian terbaik maupun lokasi bisnis impian di tempat yang lebih hijau, asri, bebas polusi serta menyatu dengan alam. “Salah satunya dengan menghadirkan NavaPark, di kawasan BSD,” kata dia.
Proyek Terpadu
Pengembang domestik seperti PT Lippo Karawaci Tbk juga tak tinggal diam. Bahkan, pengembang berkapitalisasi Rp 25 triliun ini menggarap dua proyek raksasa di bagian barat dan timur Jakarta. Di bagian barat Jakarta, Lippo Karawaci menggarap Millennium Village senilai Rp200 triliun yang dimulai pada 2015 dan untuk tahap pertama ditargetkan rampung pada 2018.
Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 70 hektare (ha) tepat di tengah Lippo CBD (Central Business District) seluas 131 ha. Konsep pengembangan proyek ini mementingkan adanya lahan hijau sebagai penyeimbang kawasan yang bakal banyak diisi dengan gedung-gedung tinggi berkelas.
Luas lahan hijau di Millenium Vellage mencapai sekitar 70 persen dari lahan yang dikembangkan. Sebagai perbandingan Central Park di New York hanya menyediakan 30 persen lahan hijau, Hyde Park di London 7,5 persen, dan Bishan Park di Singapura 23 prsen. Lahan hijau di Millennium Village terdiri atas Natural, Millennium Sky Park, dan Green Boulevards.
"Millennium Village adalah salah satu proyek terbesar dan terbaru yang sedang dikembangkan oleh Lippo Karawaci. Lokasi Millennium Village merupakan kawasan terbaik di Lippo Village, yang dikembangkan dengan konsep Masterplan Global Smart City," kata Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Ketut Budi Wijaya, dalam acara groundbreaking MillenniumVillage, di Karawaci, Tangerang, Rabu (28/1).
Dia menambahkan, hal itu akan menyandingkan Millennium Village, Indonesia dengan kota-kota berstandard global yang terbaik. "Ini adalah kombinasi large integrated development di dalam lokasi township yang sudah mature," tegasnya.
Sementara itu, di timur Jakarta, kelompok Lippo juga menggarap proyek cukup besar, yakni Orange County di kawasan Lippo Cikarang, Jawa Barat. Proyek yang digarap melalui anak PT Lippo Cikarang Tbk ini mulai dibangun Februari 2015. Proyek world class mixed use development The Globally connected city Orange County ini memiliki nilai sebesar Rp 250 triliun.
"Apa yang dilakukan oleh Lippo Cikarang bangun properti terpadu ini sebuah langkah strategis dalam pembangunan ekonomi kedepan,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin, saat melakukan peletakan batu pertama pada Kamis (12/2).
Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk Loh Meow Chong mengatakan, Orange County akan menjadi kawasan Segitiga Emas baru di kawasan timur Jakarta. Proyek ini lokasinya tepat di jantung area antara Lippo Cikarang, Delta Mas, dan Jababeka.
Proyek ini dikembangkan diatas lahan seluas 322 ha dengan pembangunan mega konstruksi seluas 16.500.000 meter persegi (m2) dengan area Lippo CBD seluas 82,3 ha. Kawasan CBD ini lebih besar dibandingkan area pusat bisnis di beberapa kota besar di dunia seperti Hudson Yards New York, ICC Union Square Hong Kong, atau Roppongi Hills Tokyo.
Ketua Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta Amran Nukman mengatakan, padatnya penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta jiwa pada siang hari, menimbulkan kemacetan lalu lintas jalan. Waktu tempuh perjalanan yang dibutuhkan warga cukup tinggi sehingga membuat tidak produktif. Karena itu pengembangan perlu disebar ke arah timur Jakarta.
"Kalau ada penyebaran pembangunan kawasan, warga Bekasi tidak perlu harus ke pusat kota Jakarta, tetapi bisa kekawasan Jakarta Timur yang lebih dekat, selama ini kurang diperhatikan,” ujarnya belum lama ini.
Kehadiran proyek-proyek properti di sekitar Jakarta secara langsung maupun tidak langsung bisa mengurangi beban yang dipikul Jakarta. Lewat proyek properti terpadu, bahkan mengarah ke kota mandiri, membuat aktifitas para penghuninya tidak bergantung kepada Jakarta. Bila itu semua terwujud, bukan mustahil Jakarta bisa lebih nyaman karena kemacetan lalu lintas jalannya bisa terkurangi, walau itu semua baru sebatas teori. Edo Rusyanto/FER/Investor Daily
Legitnya bisnis properti di pinggiran Jakarta bukan hanya menggoda para developer domestik. Para pemain asing pun berlomba-lomba menggerojokan investasinya. Kesemua itu tak bisa dilepaskan dari moncernya bisnis properti di Indonesia sekalipun tahun 2014 sempat mengalami pelambatan. Proyek-proyek yang hadir banyak mulai bergulir sepanjang 2014 dan 2015. Sedangkan waktu penyelesaian proyek ditargetkan beragam, ada yang dua tahun, tiga tahun, bahkan hingga 20 tahun.
"Dalam lima tahun terakhir pasar real estate di Indonesia telah berkembang pesat. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas kami untuk berekpansi keluar negeri,” kata Presiden PT Tokyu Land Indonesia, Shinya Miwa, dalam paparannya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tokyu Land Indonesia adalah perpanjangan tangan Tokyu Land Corporation, Jepang di Indonesia. Pengembang properti ini merangsek bisnis properti di Indonesia dengan menggarap sejumlah proyek di Jabodetabek, yakni di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan dan BSD Serpong, Tangerang, Banten. Nilai proyek yang digarap tidak tanggung-tanggung yakni 65 miliar yen atau sekitar Rp 7,15 triliun.
Khusus di pinggiran Jakarta, Tokyu Land menggarap proyek hunian vertikal dengan lewat produk kondominium bermerek Branz yang digulirkan mulai tahun 2015. Branz merupakan brand orisinil Tokyu Land Holdings yang membidik segmen menengah atas.
Ada dua proyek kondominium mewah yang digarap Tokyu Land Indonesia yang totalnya mencapai 3.381 unit. “Branz BSD akan terdiri atas 3.000 unit, dengan tahap pertama sebanyak 1.200 unit. Nilai investasinya sekitar 50 miliar yen. Sedangkan Branz Simatupang terdiri atas 381 unit dengan investasi 15 miliar yen,” kata Direktur PT Tokyu Land Indonesia Tai Horikawa.
Tak hanya di bagian barat dan selatan Jakarta yang menjadi incaran para pengembang asing. Di bagian timur Jakarta, seperti Cikarang dan Bekasi, juga menjadi incaran investasi. Saking gurihnya bisnis properti di pinggiran Jakarta juga menggoda pemanufaktur global, Toyota Motor Corporation.
"Tahap awal, kami menggarap 114 rumah dengan harga jual di atas Rp 1,6 miliar per unit,” ujar Sales Chief Manager PT Toyota Housing Indonesia R Hardian Yusuf, kepada Investor Daily, di Jakarta, Rabu (1/4).
PT Toyota Housing Indonesia (THI) merambah pasar properti Indonesia mulai April 2015. Anak usaha Toyota Housing Corporation (THC), Ltd, Jepang ini memulainya dengan menggarap hunian tapak di Bekasi Timur, Jawa Barat.
Menurut Hardian, untuk proyek hunian di Bekasi Timur pihaknya menggandeng PT Hatmohadji & Kawan (Haka) lewat proyek Sakura Regency 3. Proyek ini menawarkan 467 unit rumah, namun yang digarap THI hanya 114 unit. Proyek seluas 6,6 hektare (ha) tersebut menawarkan dua jenis hunian, yaitu hunian tapak biasa berbahan baku bata dan hunian tapak khas Jepang berbahan baku baja ringan dan gypsum.
"Tahun ini kami fokus menggarap proyek di Bekasi Timur, target kami bisa menjual 28 unit rumah sepanjang 2015," paparnya.
Mitra THI, yakni Haka memiliki sejumlah proyek hunian di sejumlah lokasi. Haka bahkan bermitra dengan PT Tokyu Land Indonesia (TLI) untuk menggarap proyek di Bekasi. TLI adalah anak usaha Tokyu Land Corporation (TLC), Jepang yang menggarap sejumlah proyek kondominium di BSD Tangerang dan Simatupang, Jakarta Selatan. Selain itu, TLC dan THC menggandeng Toyota Tsusho Corporation dan PT Lippo Karawaci Tbk untuk menggarap proyek AXIA South Cikarang Hotel Residence.
Selain Tokyu Land dan Toyota Housing, pengembang asing yang ikutan menggarap proyek properti di pinggiran Jakarta adalah Hong Kong Land. Pengembang tersebut menggandeng Sinarmas Land. Keduanya membentuk usaha patungan PT Bumi Parama Wisesa untuk menggarap mixed residential, NavaPark, senilai Rp 5 triliun di Serpong, Banten.
Ishak Chandra, managing director Sinarmas Land pernah mengatakan, pihaknya selalu berupaya untuk memberikan solusi hunian terbaik maupun lokasi bisnis impian di tempat yang lebih hijau, asri, bebas polusi serta menyatu dengan alam. “Salah satunya dengan menghadirkan NavaPark, di kawasan BSD,” kata dia.
Proyek Terpadu
Pengembang domestik seperti PT Lippo Karawaci Tbk juga tak tinggal diam. Bahkan, pengembang berkapitalisasi Rp 25 triliun ini menggarap dua proyek raksasa di bagian barat dan timur Jakarta. Di bagian barat Jakarta, Lippo Karawaci menggarap Millennium Village senilai Rp200 triliun yang dimulai pada 2015 dan untuk tahap pertama ditargetkan rampung pada 2018.
Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 70 hektare (ha) tepat di tengah Lippo CBD (Central Business District) seluas 131 ha. Konsep pengembangan proyek ini mementingkan adanya lahan hijau sebagai penyeimbang kawasan yang bakal banyak diisi dengan gedung-gedung tinggi berkelas.
Luas lahan hijau di Millenium Vellage mencapai sekitar 70 persen dari lahan yang dikembangkan. Sebagai perbandingan Central Park di New York hanya menyediakan 30 persen lahan hijau, Hyde Park di London 7,5 persen, dan Bishan Park di Singapura 23 prsen. Lahan hijau di Millennium Village terdiri atas Natural, Millennium Sky Park, dan Green Boulevards.
"Millennium Village adalah salah satu proyek terbesar dan terbaru yang sedang dikembangkan oleh Lippo Karawaci. Lokasi Millennium Village merupakan kawasan terbaik di Lippo Village, yang dikembangkan dengan konsep Masterplan Global Smart City," kata Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Ketut Budi Wijaya, dalam acara groundbreaking MillenniumVillage, di Karawaci, Tangerang, Rabu (28/1).
Dia menambahkan, hal itu akan menyandingkan Millennium Village, Indonesia dengan kota-kota berstandard global yang terbaik. "Ini adalah kombinasi large integrated development di dalam lokasi township yang sudah mature," tegasnya.
Sementara itu, di timur Jakarta, kelompok Lippo juga menggarap proyek cukup besar, yakni Orange County di kawasan Lippo Cikarang, Jawa Barat. Proyek yang digarap melalui anak PT Lippo Cikarang Tbk ini mulai dibangun Februari 2015. Proyek world class mixed use development The Globally connected city Orange County ini memiliki nilai sebesar Rp 250 triliun.
"Apa yang dilakukan oleh Lippo Cikarang bangun properti terpadu ini sebuah langkah strategis dalam pembangunan ekonomi kedepan,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin, saat melakukan peletakan batu pertama pada Kamis (12/2).
Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk Loh Meow Chong mengatakan, Orange County akan menjadi kawasan Segitiga Emas baru di kawasan timur Jakarta. Proyek ini lokasinya tepat di jantung area antara Lippo Cikarang, Delta Mas, dan Jababeka.
Proyek ini dikembangkan diatas lahan seluas 322 ha dengan pembangunan mega konstruksi seluas 16.500.000 meter persegi (m2) dengan area Lippo CBD seluas 82,3 ha. Kawasan CBD ini lebih besar dibandingkan area pusat bisnis di beberapa kota besar di dunia seperti Hudson Yards New York, ICC Union Square Hong Kong, atau Roppongi Hills Tokyo.
Ketua Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta Amran Nukman mengatakan, padatnya penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta jiwa pada siang hari, menimbulkan kemacetan lalu lintas jalan. Waktu tempuh perjalanan yang dibutuhkan warga cukup tinggi sehingga membuat tidak produktif. Karena itu pengembangan perlu disebar ke arah timur Jakarta.
"Kalau ada penyebaran pembangunan kawasan, warga Bekasi tidak perlu harus ke pusat kota Jakarta, tetapi bisa kekawasan Jakarta Timur yang lebih dekat, selama ini kurang diperhatikan,” ujarnya belum lama ini.
Kehadiran proyek-proyek properti di sekitar Jakarta secara langsung maupun tidak langsung bisa mengurangi beban yang dipikul Jakarta. Lewat proyek properti terpadu, bahkan mengarah ke kota mandiri, membuat aktifitas para penghuninya tidak bergantung kepada Jakarta. Bila itu semua terwujud, bukan mustahil Jakarta bisa lebih nyaman karena kemacetan lalu lintas jalannya bisa terkurangi, walau itu semua baru sebatas teori. Edo Rusyanto/FER/Investor Daily